Beri tahu aku!!! Apa Arti Semua Ini??!
*#*
Hari itu, usiaku masih
terbilang dini untuk memahami arti
sebuah kematian. Aku tak menangis sama sekali ketika kakek tersayangku meninggal
dunia, meninggalkan nenek, meninggalkan Ayah, Ibu, bahkan meninggalkanku untuk
selama-lamanya.
***
Pagi-pagi sekali, Ibu
membangunkanku. Tak seperti biasanya, ia terlihat begitu terburu-buru, wajahnya
terlihat begitu murung , dengan lembut ia goyangkan-goyangkan tubuhku.
“Fahmi, ayo bangun,
bangun nak… “ seperti biasa, dengan malas kubuka mataku yang masih lengket
dengan kotoran mata.
“Hemm… iya…” jawabku
singkat.
“Cepat lho ya… habis
ini kita harus cepat pergi kerumah nenek.” Sahut Ibu sambil berlalu. Aku tak
begitu memperhatikannya, kembali kurebahkan tubuhku di tempat tidur setelah
menyadari Ibu lenyap dari kamarku.
Kukatupkan kembali kedua kelopak mataku. Kuturuti tuntutan syaithon yang
memintaku mengatupkan kelopak mataku.
Tak berapa lama, suara
Ibu kembali terdengar,
“Fahmi!! Ayo cepat… Ibu
harus buru-buru… hari ini kamu tidak masuk sekolah dulu ya, kakek sudah nggak
ada,” Mendengar perkataan Ibu terakhir, cepat kubuka kelopak mataku, ngantuk
yang sedari tadi menggelayuti, lenyap sudah.
Dalam hati aku
berpikir,
Kakek
nggak ada? Emang kemana? Kan kemarin malam masih ada dirumah sakit? Kemarin
malam aku sama Ayah baru saja ketemu kakek… apa kakek pergi dari rumah sakit
ya?
Aku terus menerka-nerka
apa yang terjadi. Sambil mandi terus kupikirkan maksud perkataan Ibu, untuk
bertanya, rasanya malas, lagian pasti akan mengganggu Ibu yang terlihat sangat
repot. Bahkan ketika sholat shubuh pun, aku masih terus memikirkannya, dalam
hati aku senang juga, hari ini tidak masuk sekolah, tapi apa yang harus aku katakan
pada Ibu guru besok kalau aku ditanya.
Secercah ide melintas
dipikiranku, besok aku bilang ke Ibu
guru, kalau Ibu memintaku untuk tidak masuk kesekolah, karena kakek nggak ada,
Ibu memintaku membantu mencari kakek.
Yah… itulah yang akan
aku katakan pada Ibu Guru besok. Aku tersenyum senang. Selain karena hari ini
aku bisa tidak masuk sekolah, aku sudah menyiapkan alasan untuk besok.
Dan aku tidak tahu,
jika yang di maksud kakek sudah tidak ada itu, kakek telah meninggal dunia.
Berita tentang meninggalnya kakek, telah menyebar pada semua teman-temannya. Di
jama’ah pengajian yang setiap hari dipimpinnya.
Jama’ah masjid, teman
kantor, murid-murid kursus dan ngajinya, yang mana dari beberapa murid-murid
ngaji kakekku adalah guru-guruku di sekolah.
Tanpa sempat sarapan,
cepat Ibu mengajakku dan adikku kerumah nenek.
“Tapi Ayah mana Bu?”
Tanyaku, ketika tak menjumpai Ayah pergi bersama kami.
“Ayah sudah ada di
rumah nenek… ayo cepat.”
Aku mengangguk.
Sepanjang perjalanan, aku bernyanyi, dan melompat bercanda dengan adikku.
Sesampainya dirumah
nenek, aku heran, kenapa banyak orang dan lagi, didepan rumah, sudah ada tenda
yang biasa digunakan orang-orang ketika ada acara pernikahan. Aku bertambah
senang,
Pasti
didalam banyak makanan , gumamku.
Ibu mengajakku keruang
tengah, disana tante, Ayah, Nenek, Om… dan saudara-saudara sepupuku duduk
bersama mengelilingi sebuah tempat tidur, yang diatasnya ada tubuh kakekku yang
seluruh tubuhnya ditutup kain.
Ibu mendekatkanku pada
jenazah kakek, ia menawariku apa aku mau mencium kakek? Tentu saja aku mau,
apalagi selama ini, kakek sangat sayang padaku. Ciuman kakek padaku tak terhitung
lagi berapa kali.
Akupun mencium pipi dan
kening kakek. Bibirnya menyunggingkan senyum , akupun tersenyum pada beliau.
Setelah itu, Ibu menarikku mundur.
“Kakek mau dimandikan
dulu.” Bisiknya lembut.
“Kok dimandikan? Kan Kakek
lagi tidur? Kakekkan sudah mandi, lha wong baunya sudah wangi…” sahutku.
Kulihat Ibu memandang Nenek. Ibu tak menjawab, ia hanya tersenyum.
Tak berapa lama, Ibu
menyuruhku memakai jilbab. Lalu kulihat Ayah, sebagai menantu tertua, sudah
berdiri didepan jenazah Kakek.
“Kita Sholatkan Kakek
ya sayang…” aku tak mengerti maksud perkataan Ibu. Kenapa? Kenapa kita harus
menyolatkannya? Bukannya sholat itu sendirir-sendiri? Tapi aku tetap
mengikutinya.
Ayah yang memimpin
sholat jenazah itu, satu hal lagi yang membuatku heran, kenapa sholatnya nggak
pake rukuk, sujud, dan duduk?
Setelah sholat Ayah
menawarkan pada kami, siapa yang ingin melihat Kakek untuk yang terakhir
kalinya, Nenek dan Tanteku justru semakin menangis, dan masuk kedalam kamar.
Ah… saat itu, aku
benar-benar tak tahu apa yang terjadi, benar-benar hal baru bagiku.
Kata Ibu Kakek nggak
ada, ternyata Kakek tidur di rumahnya, terus, banyak orang dirumah Nenek, tapi
tidak ada banyak makanan, semua keluargaku menangis, banyak orang menangis
ketika melihat kakek… termasuk Guruku yang datang melayat, dan juga, kenapa
tadi sholatnya hanya seperti itu??
Semua pertanyaan itu
begitu mengganjal dibenakku.
***
Malam hari seusai
sholat maghrib kami semua berkumpul diruang tengah, isak tangis masih terdengar,
apa lagi Nenek, ia yang terlihat sangat sedih.
“Insyaalloh… Bapak
meninggal dalam keadaan husnul khotimah…” Tutur Ayah membuka percakapan.
“Ini banyak dikatakan
orang-orang yang takziah tadi, dan yang mengantar hingga ke makam, ketika kami
mengangkat kerandanya, Shubhanalloh… kerandanya terasa sangat ringan. Bau harum
menyertai sepanjang perjalanan kami ke makam… dan Ibu lihat, wajah Bapak
terlihat damai disaat-saat terakhirnya.” Lanjut Ayah.
“Aku nggak menyangka,
kalau Bapak akan pergi secepat ini, aku nggak menyangka kalau permintaan Bapak
padaku tadi malam adalah permintaannya yang terakhir… dengan jelas aku
menyaksikan saat-saat kematian Bapak, Bapak memintaku mengambilkan minum,
setelah beliau meminum air yang kubawakan, tanpa pertanda apapun, hanya lirih
ku dengar Bapak membaca tahlil, aku pikir Bapak hanya berdzikir seperti
biasanya, tapi ternyata…” Ibu tak melanjutkan kata-katanya.
“Insyaalloh… Bapak
pergi dengan damai… kita berdoa saja untuk beliau..semua orang mengenal beliau
seorang yang sholih, semoga begitulah sebenarnya…” Ujar Om ku menenangkan kami.
***
Waktu berlalu… setelah
hari itu, aku sering bertanya, kemana kakek, mengapa aku tak pernah melihatnya
lagi?
Lama… akhirnya aku tahu
arti semua itu, arti kepergian… arti kematian, arti kesedihan yang tampak
diwajah-wajah itu… arti sholat itu, dan semuanya…
kematian tak ada yang menduga kapan datangnya. Ketika kemarin kami masih bercanda ria, mungkin besoknya kita telah kehilangannya, bahkan detik inipun kita berjumpa, semenit kemudian mungkin kita akan kehilangan.
kematian tak ada yang menduga kapan datangnya. Ketika kemarin kami masih bercanda ria, mungkin besoknya kita telah kehilangannya, bahkan detik inipun kita berjumpa, semenit kemudian mungkin kita akan kehilangan.
Wallohua’lam Bisshowab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar